Sabtu, 14 Mei 2016

KLATEN: MERENUNGKAN TENTANG KERUNTUHAN ISLAM DI INDONESIA


















saat kau melihat berbagai masjid di
Indonesia dan ada seseorang yang
mengaku dirinya penganut Islam dan
Muhammad, harusnya dia malu.

hampir semua masjid di Jawa dipenuhi
sampah. sampah adalah iman baru dan
mungkinkah juga salah satu perintah Tuhan?
 merah naga







aku memasuki area masjid Agung Al Aqsha Klaten yang sedang dibangun. dan, baru memasuki beberapa jengkal, suana sudah begitu suram. entah kenapa, hampir setiap masjid di Indonesia itu suananya tampak muram. bagaimana tidak muram kalau baru saja masuk area masjid, sampah menggantikan para malaikat dan lantai rentak membuat sudut pandang yang tadinya elegan mendadak hancur berantakan? 

hari ini, siang yang terik, waktu menunjukkan angka 13;06, dan tepatnya 7 mei 2016. dan aku, seperti orang bodoh yang mengigau tentang surga di bumi yang tak mungkin.

sejujurnya, masjid ini terlihat sangatlah elegan tapi benar-benar seolah terlantar. apakah nasibnya akan sama dengan masjid Agung Jawa Tengah yang kini mirip area pembuangan sampah dan rumah ibadah yang mengecewakan? yah, bisa jadi. tak banyak masjid di kelola dengan baik. jalan saja banyak berlubang, apalagi masjid?

umat muslim di Indonesia adalah salah satu umat yang paling abai terhadap kebersihan rumah ibadahnya dan lingkungan sekitarnya. jika rumah Tuhan saja isinya sampah semua. lalu bagaimana dengan sungai, area kota, dan lingkungan sekitarnya?

aku pun mengelilingi area masjid ini, sebuah proyek sangat mahal yang tak kunjung selesai semenjak 2012 lalu. yah, sudah lebih dari 70 miliar uang dihabiskan untuk masjid ini. kubahnya yang dulu sempat bocor setelah peresmian. lalu menara yang tak selesai walaupun kontrak diperpanjang. dan mungkin setelah jadi, nasibnya akan sama saja dengan masjid Agung Jawa Tengah yang mirip bangunan zaman pra sejarah padahal baru diresmikan pada 2006. yah, 10 tahun yang lalu diresmikan dan kini, masjid itu sudah tampak kusam dan buruk rupa. mungkin masjid ini kelak akan mengalami hal yang sama.

fungsi modern sebuah masjid hari ini adalah untuk tempat wisata. apakah itu adalah salah satu perintah tuhan, mendirikan masjid untuk dijadikan tempat jalan-jalan, berpacaran dan bersenang-senang? dan, jika semua kota dan daerah bahkan gang membangun terus-menerus rumah ibadah, yang diisi hanya sedikit orang dan digunakan oleh kalangan tertentu, apalagi sekarang banyak mushola dan masjid dikunci dan ditutup, maka, itulah masa di mana umat Islam hampir ambruk. membangun masjid tanpa memikirkan lahan yang hampir habis dan pemanasan global, seolah-olah sedang menantang Tuhan secara langsung. bukan memuliakan namaNya. tapi pembangunan masjid hanya membuat sekat sosial dan keruntuhan kepercayaan terhadapNya semakin lebar.

beberapa waktu yang lalu, aku mendapatkan kabar mengenai penelitian yang menyebutkan bahwa setiap tahunnya, sekitar 2 juta umat islam keluar dari agamanya atau murtad. yah, entah itu benar atau tidak, aku akan tinggal bilang, bagaimana tidak murtad jika mengurus sungai, jalan, dan masjid saja tidak becus? bahkan membersihkan area masjid dari sampah saja umat Islam abai dan terbukti tidak mampy. lalu, apa yang harus dipertahankan dari agama ini jika contoh di sekitar masyarakat yang sekarang mulai semakin cerdas pun gagal total atau malah, kebanyakan bersikap masa bodoh?

melihat berbagai macam masjid yang bagai terlantar di seluruh Jawa, seolah-olah sedang melihat hati dan kecerdasan umat Islam secara luas. dan itu juga tanda-tanda Islam semakin lama akan semakin terkucilkan dan ditinggalkan oleh banyak orang. tapi siapa yang perduli? teman-temanku saja yang mengaku ingin mendirikan peradaban Islam saja nyaris tidak perduli. apalagi masyarakat umum yang mungkin lebih tepatnya adalah abangan, seperti Geertz bilang?

aku melihat banyak sekali remaja dan anak muda, kebanyakan perempuan, sibuk mengambil pose untuk dipotret. jadi, fungsi masjid adalah untuk berselfie dan mengabadikan gaya. aku tak tahu, bagaimana reaksi Muhammad yang berada di surga, jika kebanyakan rumah ibadah sekarang diisi oleh cabai-cabaian? aku benar-benar tak mampu membayangkan.

pada akhirnya, aku pun mendata warga baru kota klaten dan pengunjung tetap masjid yang sekarang sedang menjamur dan seolah menjadi tren baru rumah ibadah.

tap tap tap. aku berjalan, sampah plastik keripik Kusuka menyapaku. hai, mungkin seperti itulah katanya jika ia juga manusia. lalu ada wadah rokok Sampoerna, LA, Djarum, dan puntung rokok yang berserakan, seolah-olah ini bukan rumah Tuhan tapi pabrik rokok atau tempat area konser dangdut. aku pun kembali berjalan. tap tap tap. sedotan, plastik es, tisu, Indomie, Beng-Beng, Aqua, tisu Paseo, botol Kratindaeng, dan lainnya, sedang sibuk menyamar menjadi rerumputan. mungkin mereka semua sedang latihan untuk menggantikan James Bond atau sedang berencana syuting Mission Impossible?

aku tahu, apakah sampah bisa beribadah memuji Tuhan ataukah umat Islam Indonesia sedang berusaha memanusiakan sampah dan diajak untuk beribadah padanya? 

dan, sekelompak burung gereja berlarian di depanku. ah, aku sangat suka burung walau akhir-akhir ini, burung gereja pun sangat susah untuk ditemukan. lebih mudah menemukan dan berbincang dengan berbagai macam sampah dari pada burung-burung di area hampir semua masjid agung yang ada. apakah umat Islam menolak burung-burung? dan kenapa, di negara, apalagi pulau Jawa yang umat beragamanya sangat besar, dari berbagai macam agama, burung saja nyaris susah ditemukan? ah, tapi aku menemukan belalang kayu di tempat ini. sayang kemampuan terbangnya sudah hilang karena sayapnya rusak dan tak lagi mampu untuk mengudara. setidaknya masih ada kehidupan lainya selain manusia dan manusia.

aku pun berbincang sejenak dengan salah satu bapak-bapak yang ada di bawah pohon Gayam yang tersisa. sebuah pohon yang katanya tak boleh ditebang karena mengandung unsur mistis. masjid ini dibangun di atas kuburan Belanda dan China, sebagian sekolah dan terminal. sisa-sisa bangunan sekolah yang kini mirip reruntuhan perang dunia pun ada di sekitar masjid ini.

bapak itu, yang mengaku dirinya ketua RW di salah satu desa di Klaten ini, membicarakan acara bersih-bersih desa dengan sangat antusias, yang akan diselenggarakan pada akhir bulan mei nanti. benar-benar sangat antusias. antusias. semangat. menggebu-gebu. dan benar-benar gila. apa, bersih-bersih desa yang diadakan dengan besar-besaran dan sangat semangat, tapi area masjid ini saja nyaris tak bersih sama sekali dan sampah berserah di mana-aman? apakah kebersihan masjid itu tak penting? apa ini? logika macam apa ini? entahlah, aku bingung. masyarakah di Jawa memang susah untuk bisa diukur dan dijelaskan. 




aku pun bersiap-siap pergi. dan para perempuan muda masih sibuk berpose ria, dan tak perduli entah itu rumah ibadah atau mungkin kuburan.

sebelum aku pergi, aku pun sedikit melihat sekitar; ada bunga Kamboja di situ. Ketapang. Palem. dan pohon Gayam yang menjadi satu-satunya pohon peneduh yang cukup besar. di area masjid ini pun, panas adalah neraka baru di hampir semua masjid raya dan agung yang ada. kadang aku berpikir, apakah ini rumah tuhan atau rumah neraka? 

saat menyusuri jalan Pemuda, aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri. jika seluruh umat beragama nyaris tidak perduli dengan lingkungan dan kebersihan rumah ibadah mereka sendiri, apajadinya dengan Indonesia ke depannya? terlebih, jika negara ini memiliki kelebihan umat beragama yang sangat tidak cerdas, abai terhadap banyak hal, dan hidup untuk kepentingan diri sendiri?

aku menyusuri jalan yang kanan dan kirinya terdapat pedestrian lebar dan suasana jalan dan pohon-pohon yang mirip dengan Surakarta. kota ini, adalah cerminan dari kota itu. dan rumah-rumah yang lebih tertata dari pada Jogja yang tak jauh dari kota ini yang tampak lebih berantakan. sejujurnya kota kecil ini, dengan penduduk kurang dari 150 ribu jiwa, adalah kota yang cukup bersih dan terlihat rapi. walau, saat dilihat dengan mata yang tajam dan sedikit jeli, banyak pengabaian di sana-sini. sampah terselip di berbagai macam tempat. dan aku rasa, suatu nanti, pedestrian yang lebar ini pun akan habis oleh pedagang kaki lima. untuk saat ini, pedagang kaki lima tak terlalu banyak dan terasa mengerikan seperti yang ada di Jogja. 

di sebelah masjid Agung Al Aqsha, terdapat monumen Juang 45, yang nyaris tak terawat, berantakan, sampah menumpuk, dan lantai yang retak di banyak tempat. jadi, monumen yang dijadikan simbol budaya, karena di dalamnya terdapat gelari seni, dan rumah ibadah yang menjadi simbol tuhan, hanyalah simbol-simbol terabaikan yang tak terlalu penting menurut warga yang ada di kota ini, jadi tak perlu diperhatikan secara khusus.

budaya Jawa, dan agama Jawa modern, adalah agama sama dan pengabaian. 



aku kini berada di area parkir Plaza Matahari Klaten. bukti dari kegagalan lainnya kota ini. pada tahun 2003, kota ini gagal membuktikan dirinya menjadi kota otonom. kegagalan itu sangat terasa di Mall yang lebih mirip pasar. sebelum masuk saja, sampah sudah bertumpuk di sudut-sudut. ketika masuk di lantai 1, plastik juga ada di sudut-sudut dan beberapa tempat. dan ketika naik ke lantai 2, lalat pun bisa terbang dan berakrobat ke sana ke mari. itu benar-benar mengagumkan. baru kali ini aku melihat Plaza Matahari mampu ditembus oleh lalat dan juga sampah! ah, sejujurnya aku tak ingin heran. di negara dengan 17.000 pulau ini, tak ada yang perlu diherankan bukan?

Plaza ini nyaris runtuh. lantai 3 dan 4 nya tidak berfungsi dan ditutup. lantai yang mulai retak. pendingin ruangan yang lebih mirip kipas angin. dan suasana yang lebih mirip swalayan dari pada mall.

aku duduk di kursi-kursi kecil di dalam area game zone. melihat anak-anak kecil dari mulai kalangan berada hingga mereka yang dari kalangan bawah, asyik menikmati modernisasi dan keajaiban dari teknologi dan kesenangan yang dahulu kala akan susah dicari. Plaza ini adalah tempat dari segala kelas sosial berkumpul menikmati hidup mereka yang konsumtif dan penuh rasa ingin. tapi sama halnya dengan masjid agung yang terlantar dan juga tempat budaya yang terlantar. geliat ekonomi pun seringkali mengabaikan banyak hal. 




inilah yang aku resahkan setiap kali mengunjungi berbagai macam kota. jika kelas bawah kelak beranjak menjadi kelas atas saat kesadaran mereka akan lingkungan, alam, sosial, dan poltik masih serendah ini, sementara kelas atas yang ada juga bersikap masa bodoh dengan banyak hal, apa yang akan terjadi dengan Indonesia? apa yang akan terjadi dengan Jawa yang semakin hari mirip seperti neraka yang mengerikan?

sementara itu, kendaraan pun setiap hari bertambah dengan pesatnya. begitu juga di kota ini. naik 30 persen menurut Tribun Jogja. dan suara merdeka mengatakan bahwa jalanan Klaten terancam oleh jumlah kendaraan yang terus meningkat. di seluruh kabupaten, menurut UP3AD kab. Klaten, jumalah kendaraan bermotor berada di kisaran setengah juta dan roda empat hampir mencapai lima puluh ribu. yah, jika kendaraan terus bertambah sedang hati nurani dan kecerdasan otak tidak juga bertambah, kota ini cepat atau lambat akan mengikuti Surakarta dan Jogja. jalan Klaten pun sudah semakin ramai. padahal kota ini belum mendapatkan keinginannya untuk menjadi kota otonom. 

sebelum menjadi kota tersendiri, masyarakat yang ada sangat abai terhadap banyak hal. mungkin itulah yang dulu juga terjadi di Jakarta. sebuah kota yang dipaksa berdiri tanpa menimbang dulu keadaan mental, jiwa, dan kecerdasan suatu masyarakat yang ada. mungkin, seluruh kota di Jawa, lahir karena kebutuhan yang sempit dan lebih pada berbasis pada militer, ekonomi, dan strategi pemerintahan kolonial. tapi jika melihat pemerintah kolonial sudah pergi, alasan mendirikan sebuah kota yang berusaha berdiri sendiri di luar kabupaten yang ada, adalah alasan yang sepertinya sangat berantakan. tak ada persiapan menyeluruh untuk menetapkan diri menjadi sebuah kota. kota didirikan hanya sekedar berdasarkan alasan ekonomi dan tampilan fisik yang ada. dan jika terus-menerus seperti itu, maka kota-kota baru yang kelak akan terus bermunculan, hanya akan menciptakan masalah dan masalah.

jika Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Jogja, hingga Surabaya saja tidak becus menjadi contoh yang baik sebagai sebuah kota, apakah kita tidak sangat pesimis tentang masa depan kota-kota yang baru? masa depan Indonesia secara keseluruhan?

karena mendung dan hujan akan jatuh, aku pun bersiap-siap pergi, melihat sebentar suasana alun-alun dan bergegas menuju Jogja. 

alun-alun kota ini cukup rapi seperti halnya Magelang. cukup enak dipandang. ramai. ada taman kota di sebelahnya dan masjid Raya Klaten. dan tentunya sangat ramai jika malam tiba. pohon-pohon waringin terlihat kokoh di sudut alun-alun. dan suana ramai yang dimeriahkan berbagai macam kendaraan mobil dan motor, membuat kota ini kelak akan tenggelam dalam kemacetan dan suasana yang tak akan lagi nyaman seperti saat ini. 

jika ke angkringan menggunakan mobil dan motor. jika hanya ke sebuah toko menggunakan mobil dan motor. jika ke rumah ibadah menggunakan mobil dan motor. dan jika sekedar ingin ke rumah teman juga memakai mobil dan motor dalam jarak cukup dekat. maka, shilang selamanya. etiap kota yang ada akan runtuh dalam depresi dan kemarahan. 

masyarakat di seluruh Jawa, dan mungkin Indonesia adalah masyarakat yang jika meraih sedikit saja kekayaan atau malah benar-benar menjadi kaya, mereka akan dengan mudah meninggalkan gaya hidup yang lama; entah naik sepeda atau angkutan umum. coba bayangkan, jika seluruh orang yang kini adalah kelas bawah tiba-tiba menjadi sejahtera dan kaya raya? apa yang akan terjadi? sementara itu kelas atas yang kaya pun lebih berjiwa gengsi dan tak mampu bersusah payah seperti teman mereka yang kini berada di jalan Tokyo, Amsterdam, atau Berlin dan London yang rela jalan kaki, naik sepeda dan menggunakan angkutan umum. 

masalah besar Indonesia adalah bagaimana mengubah wilayah kesadaran dan gengsi akan status sosial di masing-masing jiwa dan otak setiap orang yang ada di negara ini. itu masalah sulit yang bisa membuat siapa saja gila. yah, anggota dewan perwakilan rakyat saja lebih suka menggunakan mobil mewah dan berharga mahal, rumah banyak di sana-sini, lalu apa yang harus dicontoh oleh masyarakat jika bukan gaya hidup yang sama?

dan, Jawa masa depan sangat terlihat suram. begitu juga negara ini. dan ketika aku berpikir dan memandang jauh ke masa depan dengan dunia yang hari ini aku amati dan alami, Islam akan menjadi salah satu agama yang kelak akan banyak ditinggalkan. rumah bagi orang-orang yang kecewa yang pada akhirnya memilih untuk pergi. dan,mungkin, kelak agama ini akan sekedar menjadi gema masa lalu dan hanya tinggal sisa kecil dari sebuah komunitas di suatu daerah tertentu saja. Islam adalah salah satu agama yang paling banyak diabaikan oleh para penganutnya sendiri di negara ini. dan sebuah kota yang aku lihat dan rumah ibadah yang aku masuki, berbicara tentang masyarakat yang gagal untuk menjalankan agama dalam lingkup spiritual maupun sosial dan publik. 

aku pun meninggalkan Klaten, menuju Jogja yang lebih semarak tapi hancur berantakan, luar maupun dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar