Kamis, 21 April 2016

RENCANA BUNUH DIRI











setiap perjalanan harus diakhiri. begitu juga perjalananku. 
pada dasarnya, aku sudah memutuskan, aku ingin mati di suatu tempat yang jauh, yang tak bisa ditemukan oleh siapa pun. dan aku ingin, jasadku pun lenyap. tak bersisa. itulah yang aku pikirkan dua minggu terakhir ini. 

yah, seandainya kedua orang tuaku sudah tidak ada, mungkin akan lebih mudah untuk melakukannya. itulah alasan terakhir aku masih hidup sampai sekarang. aku tak mau mati dengan jasad yang ditemukan. aku ingin mati sebagai orang hilang. dan, sebuah perjalanan mengajariku. ada suatu tempat di negara ini yang mungkin tak akan terjangkau oleh siapapun.

aku sudah tak lagi menganggap kehidupan adalah hal yang suci dan layak untuk dipertahankan. kehidupan yang terlalu lama sama saja adalah menyia-nyiakan waktu dan kehampaan yang semakin panjang. kali ini aku sangat serius memikirkannya.

seandainya aku membuat karya yang cukup menarik dan luar biasa pun, itu juga sudah tak terlalu penting. dan aku ingin cepat-cepat menyelesaikan prosesku mengelilingi kota-kota penting di Jawa.

aku sudah tak memiliki siapa-siapa lagi. itu sudah cukup. lagian, yah, aku juga tak akan sembuh dari semua yang aku alami ini. dan, orang-orang yang aku cintai pun pergi meninggalkanku. dunia semakin tak berarti lagi. dan aku sudah bosan berusaha menjadi orang baik. 

aku ingin serius merencanakan kematianku kali ini. aku ingin bunuh diri di tengah-tengah alam. membaca buku, mendengarkan Schubert dan Chopin sebelum menuju ke ruang hampa. aku akan menikmati Theme from Adente dan Serenade dari Franz Schubert. tentunya, yang akan membuatku kematianku semakin indah adalah Chopin yang dimainkan kembali oleh Chad Lawson, Nocturne in F Minor-Op. 55, No 1. melodi itu membuatku benar-benar menikmati rasa sakit yang nyaman. rasa kesendirian yang utuh. dan keberakhiran yang elegan. dan aku akan berlama-lama menikmatinya. di bawah pohon-pohon dengan kanopi yang menutupi langit-langit atau di tengah lautan luas yang bagai memuja langit yang berawan. 

aku merencakan kematian yang cukup elegan bagi diriku sendiri. kematian yang sendu tapi dalam. dan mungkin, aku akan menulis puisi terakhir sebelum hilang selamanya dari kehidupan di permukaan. dan menyatu kembali ke alam yang selama ini aku tolak untuk masuki sebagai dirinya sendiri.

ah iya, aku akan membaca Zarathustra karya Nietzsche sambil diiringi oleh Chopin dan Schubert. menikmati suara angin laut atau kicau burung dan dedauan digoyangkan angin. 

bunuh diri apa yang aku inginkan?

yah, aku menginginkan mati yang seperti ini. meminum sebuah racun yang langsung membunuh seketika. lalu bersandar di tengah-tengah alam yang luas dengan sebuah buku di tangan. dan aku tak ingin ada seorang pun yang menggangguku dalam keadaan itu. aku tak ingin ditemukan siapapun. atau, aku mencari laut yang bebas dari keberadaan siapapun selain diriku. suatu tempat di mana terdapat beberapa hewan atau ikan beracun. atau mungkin ular laut dan ubur-ubur yang memiliki sengat yang langsung membunuh dalam beberapa menit. atau aku akan membaca laba-laba atau sejenis ular yang memiliki bisa yang tak menginjinkan aku kembali lagi menuju hidup. setelah itu aku akan mengambang di perairan. mengapung dalam diam dan hening. seolah-olah menjadi Buddha. lalu, muncullah para hiu, dan terurailah aku oleh alam secara utuh. 

atau, aku pergi ke padang luas yang masih berisikan oleh berbagai macam hal di sana. singa. hyena. burung bangkai. macan tutul. cheetah. beruang. harimau. serigala. coyote. atau apapun itu, yang jelas, pemakan bangkai yang akan langsung menghabisi tubuhku tanpa sisa kecuali tinggal tulang belulang. aku tak ingin tubuhku ditemukan. dikubur. diratapi. aku ingin hilang dan kembali ke dalam alam. dalam tiada yang aku bayangkan, sangat agung.


di sisa terakhir hidupku. aku ingin bergerak dari suatu forum ke forum lainnya. dari suatu ruang ke ruang lainnya. aku akan mengabarkan nihilisme terakhir. menyuarakannya dengan lantang dan keras kepala. aku tak perduli dengan tatapan tak nyaman dengan orang-orang yang aku bicarakan dan kritik. aku juga tak akan perduli dengan berbagai macam organisasi dan lain sebagainya. aku hanya ingin menyuarakan pikiranku dan apa yang salah dan terus dipercayai orang-orang. 

aku ingin mengisi perjalananku dalam suara paling keras dan memekakan telinga. lalu kembali dalam diam yang tenang. 

aku ingin membangunkan orang-orang sebelum aku tertidur panjang. yah, aku rasa, itu rencana yang menarik. aku suka rencana itu. aku bukan hidup untuk hari esok. aku juga tak hidup untuk menenangkan hati orang-orang, membuat mereka nyaman, dan diam demi ikatan sosial. 

dan di hari-hari terakhirku, aku ingin tenggelam dalam perjalanan yang Nietzsche pernah alami. dan seorang enviromentalis yang akhirnya tahu, perjalanan terakhir seorang manusia adalah kembali dalam tiada. menjadi tanah. diserap oleh pepohonan. atau menjadi makanan binatang liar yang sedang lapar.

dan, setelah aku selesai menulis dan mengisi perjalananku. aku ingin membunuh diriku sendiri. tak aku ijinkan orang lain yang akan membunuhku. tidak juga tuhan. aku hanya ingin kembali ke asal mulaku. kembali ke rahim paling awal; ke asal mula; ketiadaan. di sanalah aku ingin jatuh tertidur untuk selamannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar