Sekarang aku ada di dalam kereta Logawa. Kereta mulai bergerak.
Perlahan, aku meninggalkan celah kosong lagi dalam diriku. Setelah ini,
lalu apa?
Selama ini aku bagaikan berlari dari pikiran-pikiranku. Mencoba untuk
kabur dari kebosanan dan meninggalkan dunia buku-buku. Aku berharap,
setelah perjalananku berakhir, aku tak lagi peduli dengan banyak hal
lainnya. Tapi, malah ada ide tercetus untuk membaca di dalam perjalanan.
Perjalanan mengelilingi Indonesia. Mungkin aku memang tolol. Apakah aku harus memperpanjang kehidupanku lagi?
Entah untuk apa setiap perjalanan yang aku lewati. Aku semakin tak
tahu. Segalanya semakin tak pasti. Tak satupun pun kota yang mampu
menghidupkan diriku. Tak ada satu pun kota yang menggairahkan bagiku.
Semuanya nyaris sama. Monoton. Tak ada kejutan yang patut aku
beri tempat dalam diriku. Dan sejak kemarin, aku telah memikirkan kota-kota yang
sudah aku masuki. Selama ini aku telah memberikan nama sinis bagi
kota-kota yang bagiku buruk dan tak menyenangkan. Kota-kota tak layak
dan digunakan hanya untuk sekedar mempertahankan hidup yang konyol.
Masihkah ada kota yang layak aku beri tepuk tangan, walau hanya sebentar?
KAMPUNG BESAR NERAKA
JAKARTA
Jakarta adalah kota terburuk yang pernah aku masuki. Kota yang
bagiku ssndiri, layak dihapus di peta. Kota yang nyaris tak memiliki
apa-apa untuk dikagumi. Hal yang membuatku cukup jengkel, perasan
superior penduduk Jakarta yang tak sadar diri dan tak tahu situasi.
Jakarta adalah kota buruk dan menjijikkan . Aku menyebutnya sebagai
kampung besar neraka. Lebih menyenangkan melihat pedesaan dari pada
melihat Jakarta. Dengan penduduk yang tak becus mengurus kota itu.
Peragaan tolol orang-orang berpendidikan. Kekumuhan yang menyedihkan.
Sampah. Tak ada trotoar. Panas. Politik yang kacau dan gila. Apa aku
harus menjelaskan panjang lebar dan mengutuk warga Jakarta dan para
pemimpinnya yang goblok?
Jakarta adalah kampung. Dan merasa warganya, menjadi bagian orang-orang dari metropolis. Sungguh kekonyolan yang ngawur.
KOTA ORANG-ORANG GILA
BANDUNG
Bandung kota indah peninggalan Hindia-Belanda yang kini jadi
suram. Panas. Sampah. Macet. Kebanggaan yang menjengkelkan. Hampir semua
gedung ikonik dibangun oleh Belanda. Apa yang patut dibanggakan?
Membanggakan pendiri kota yang jadi bawahan Belanda? Kota besar dengan
sedikit pembaca. Gairah intelektual yang muram. Dan keindahan yang tak
lagi sejuk. Penderita gangguan jiwa yang banyak dan terus bertambah.
Kota indah akhirnya menjadi buruk. Hanya orang-orang gilalah yang
menempati kota semacam itu.
Kota besar, dengan penduduk kelas menengah atas berpendidikan yang
terlalu banyak diisi oleh orang-orang tolol. Bandung adalah cerminan
para terpelajar yang gila dan rusak.
KOTA SISA PEMBUANGAN
BOGOR
Bogor, kota yang dari banyak buku sejarah sangat indah dan
sejuk itu, dan tempat asal mula ilmu pengetahuan dan kebun raya Bogor
terbentuk. Kini menjadi kota penuh macet. Panas. Jumlah angkutan kota
yang menggila. Penduduk yang berlebih. Sampah dan sampah. Kebun Raya
yang sekarat. Ruang intelektual yang minim. Jalanan sempit. Trotoar
entah pergi dan terbang ke mana. Bangunan yang beraturan. Dan sekedar
kota buangan dari Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. Merebaknya gangguan
jiwa, membuat Bogor sangat pantas aku sebut sebagai kota sisa
pembuangan. Terjepit kegilaan kota-kota lainnya. Membuat Bogor hanya
sekedar kota sisa pembuangan dari kota lainnya.
KOTA YANG MEMBOSANKAN
JOGJAKARTA
Tak ada kota yang paling kejam dari pada kota ini. Kota yang harusnya
bisa menjadi setara dengan Paris dalam segi intelektual dan seni. Atau
tak kalah dari beberapa bagian China, India, atau Eropa. Tapi apa?
Kekonyolan penduduk Indonesia ditambah warga kota yang sangat
keterlaluan lamban. Seni yang biasa saja. Sastra yang sekarat dan rusak.
Dan terlalu banyak omong kosong di dalamnya yang menyebalkan. Kota
kecil yang membusuk itulah Jogja. Panas. Trotoar tak ada. Macet. Gairah
intelektual yang sangat rendah. Pembaca buku yang minim. Pencinta
lingkungan yang konyol. Apa yang bisa diharapkan dari kota gagal ini
kecuali sekedar hidup dan lari dari kenyataan?
NERAKA DARI TIMUR
TASIKMALAYA
Tasikmalaya, memasuki pusat kota ini bagaikan sedang berada
dalam kondisi sehabis perang. Bangunan seolah mau ambruk. Jalanan
dihabisi parkir. Sampah luar biasa. Coretan tembok, vandalisme, yang tak
jelas. Kemacetan yang mulai menyedihkan. Ruang publik yang tak
menggairahkanku. Predikat Surga Dari Timur sudah tak layak. Neraka Dari
Timurlah yang lebih tepat.
KOTA NERAKA
SEMARANG
Semarang, kota yang mau tenggelam di sisi utaranya. Gundul dan
longsor bagian atasnya. Aku pernah merasakan suhu lingkungan antara
48-53 derajat celcius di kota ini. Sungguh luar biasa panas. Dari arah
timur hingga barat, jalan protokol, jarang ada pohon dan trotoar.
Udaranya benar-benar meremukkan. Sisi Utara yang runtuh, amblas, dan
tenggelam membuat pemandangan tampak berantakan, tak teratur, dan banjir
rob. Banjir yang mengerikan sering terjadi. Bagian atas kota juga sudah
tak lagi menyenangkan. Jarang ada ruang seni dan intelektual. Kota
hanya sekedar untuk hidup dan sedikit bersenang-senang. Dan udara
panasnya sungguh-sungguh gila.
NERAKA BERIKUTNYA
SURAKARTA
Surakarta, yang akan semakin kelebihan penduduk. kemacetan
sudah terlihat di mana-mana. Mobil yang jumlahnya semakin mengerikan.
Sampah tak beraturan di segala tempat. Mal dan bangunan besar lainnya
sekali mengambil banyak tempat dan sumber daya. Sebentar lagi, Surakarta
tak lagi menarik.
JAKARTA MASA DEPAN
SURABAYA
Surabaya, kota yang cukup indah di masa kepemimpinan Risma.
Walau begitu, masa depannya sudah terlihat jelas dari semakin sesaknya
kota itu akibat urbanisasi dan pertumbuhan penduduk. Kesadaran
masyarakat yang rentan. Sampah yang ada di sudut-sudut. Mudahnya
membuang sampah jika tak ditegasi. Jumlah kendaraan yang kelak akan
merepotkan jalanan lebarnya. Panas. Nyamuk. Dan jika Surabaya tak lagi
punya pemimpin yang tepat, masa depan kota itu sesuram Jakarta.
NERAKA DI KETINGGIAN
MALANG
Malang, kota yang dalam satu hari saja sudah menyebalkan dan
membosankan. kemacetan di sekitar Singo Sari sebagai pintu masuknya saja
sudah cukup menjengkelkan. lalu tak adanya troroar bagus, kecuali
beberapa gelintir. pohon yang tak terlalu teduh dan sedikit. panas yang
luar biasa mengerikan. panas kota Malang nyaris setara dengan Surabaya
dan Semarang. jadi kota yang katanya indah di zaman dahulu kala itu,
bagiku sendiri, telah menjadi Neraka di Ketinggian. itulah sebutan yang
layak bagi kota itu. kota dengan kemacetan dan panas yang sama-sama
mengerikannya.
adakah kota-kota
yang menggairahkan secara intelektual di Jawa? aku bilang tidak ada.
semuanya membosankan dan nyaris tak layak ditinggal. kota-kota yang
masih cukup lumayan hanya sekedar Jogja dengan seni dan budayanya yang
biasa tapi cukup sedikit menghibur. Bandung dan Surabaya yang hijau,
cukup indah di sisi lainnya, dan teduh. yah, hanya itu aku kira yang
layak untuk dipikirkan sementara. yang lainnya, aku coret dengan
kekejaman yang tak perlu aku menyebutnya lagi.