Senin, 06 Maret 2017

SURABAYA: INSTITUT FRANCAIS D'INDONESIA










aku tak mengira, tidurku sangat nyenyak hingga sekitar jam 9an di wifi id corner. tak sengaja tertidur adalah kebahagiaan dalam perjalanan yang susah menemukan tempat untuk membaringkan diri. mungkin karena tempatnya yang cukup nyaman dan memiliki ruangan di dalam, ber-ac, aku sangat mudah membaringkan diri lalu jatuh tertidur tanpa aku sadari. tidur di hotel atau kos-kosan yang mahal, antara 100-300/500ribu sekarang semakin tampak konyol bagi para pejalan kaki. wifi id corner susah cukup untuk memulihkan diri. dan surga bagi orang macam aku. 

aku pun mandi. bertanya sedikit mengenai ini itu ke seseorang. lalu segera berjalan melewati jalan Melawai. makan di warung kecil di sekitar situ. satu tempe. satu bakwan jagung. satu tahu. dan nasi bersayurkan bonggol bambu sama kacang. 8 ribu rupiah. termasuk menghemat uang dari pada di Bandung yang sehari aku bisa habis lebih dari 50 ribu hanya untuk makan.
sangat susah mencari makan di sekitar sini. kawasan kota yang hanya makanan semacam itu yang ada. tak banyak macam dan rasanya, membuatku memakannya secara terpaksa. 

lalu aku berjalan kaki di jalan Darmo Jaya. pohon-pohon yang meneduhkan. cafe. rumah sakit. sekolah katolik dan segala macamnya. menaiki jembatan penyeberangan lalu menuju jalan Mojopahit. jika tadi aku bermalam di kawasan jalan yang diisi dengan nama sungai. sekarang aku berjalan di kawasan jalan yang diberi nama Kerajaan beserta kawasan masa lalunya. suasana cukup padat dengan banyaknya mobil terparik di bahu jalan. dari arah sini, trotoar sudah mulai hilang dan neraka Surabaya baru akan terasa.

aku mencari-cari alamat rumah nomor 3. dan tak aku sadari, ternyata tepat di depan mataku. aku pun menyeberang jalan yang tak terlalu lebar. banyak mobil yang terparkir, bergerak, atau sedang ingin memosikan dirinya. tibalah aku di jasa pengiriman Wahana. membongkar tasku. mengeluarkan beberapa barang lalu mengirimkannya ke Jogja. berat sekitar 3 kilo hilang sudah dari pundakku. aku sedikit terbebas dari kesengsaraan berhari-hari akibat kekonyolanku itu. dan aku sudah siap untuk sedikit memetakan kota ini dengan jalan kaki. 

aku kembali berjalan. terheran kenapa banyak orang Tionghoa di jalan ini? ternyata, tak jauh dari Wahana, setelah aku bergerak lagi, terdapat Universitas Katolik Widya Mandala. kini, aku sedang berada di jalan Raya Dinoyo. trotoar hilang. pohon-pohon juga nyaris hilang. tibalah panas yang benar-benar sangat menyengsarakaan. kota Surabaya di kawasan ini mendadak menjadi neraka.

aku berjalan terseok. melewati mobil terparkir. kendaraan dari arah depan. lalu aku memutuskan berjalan di sisi kanan yang masih sedikit memiliki pohon atau bayangan dari tembok dan bangunan. jalan neraka ini benar-benar terasa jauh. ada beberapa sampah tergeletak tapi tak seberapa. orang yang memimpin kota ini memang layak aku beri tepuk tangan. jika dibandingkan, Jakarta seperti tempat pembuangan sampah dan kotoran manusia. sialnya, aku bagaikan berjalan di tengah kobaran api. panas luar biasa!

sesampainya di jalan Bung Tomo aku agak lega. dalam artian banyak, jalan Ratna yang ingin aku tuju sudah tak lagi jauh. aku melewati jembatan yang berisikan aliran air berwarna cokelat. dan menurut pandangan mataku yang singkat, Surabaya masih belum memiliki sungai yang baik dan sehat. aku kembali melangkah dalam neraka tanpa trotoar di depan Marvell City Mall. terus bergerak sampai menemukan jalan Upa Jiwa. aku pun menyeberang.

dan oh ya, aku pun menyeberang. tersendat tanpa bergerak. wus wus wus tak sedikit pun melangkah. aku jadi agak kesal. penyelamat pun datang. laki-laki yang juga ingin menyeberang. ah, sampailah aku di seberang dengan cukup perjuangan. walaupun begitu, jalanan Surabaya masih dalam kategori umum dan biasa. tak semengerikan Jakarta, Jogja, dan juga Semarang. aku masih bisa melewatinya dengan mudah walau agak kesusahan ketika menyeberang di sekitaran bundaran bambu.

aku mendapati hal yang sangat konyol di sekitar jalan ini. sebuah gereja Yesus Kristus: dari orang-orang suci zaman akhir. oh Tuhan iblis, apalagi ini! di sebuah jalan dekat sebuah bangunan AJBS. tak kusangka, IFI juga ada di sini. jalan Ratna no. 14. tak perlu waktu lama, aku pun menaiki tangga, dan masuk ke dalam perpustakaannya.

aku menemukan colokan listrik. bantal duduk tidur berisi kapuk. dalam waktu singkat aku menjadikannya tempat kekuasaanku. jika Goethe Institut mengambil warna hijau muda sebagai miliknya. maka IFI membalut dirinya dengan biru langit. warna biru ruangan ini membuatku perasaanku menjadi cukup nyaman. dan ingin sekali tidur selama mungkin dan selama mungkin. 

Manet, bagiku sendiri adalah penemuan yang menggembirakan di perpustakaan ini. Monet dan Manet adalah dua nama yang kadang membingungkan. Dua orang besar yang aku kagumi dalam seni.

Aku pun membaca Manet dengan rakus. Buku yang bakal jarang aku temui memang harus dibaca sampai habis. Dan betapa senangnya aku ketika bukunya berbahasa Inggris! 

Sayangnya, mungkin aku tak sempat menghabiskan buku itu di tengah keinginanku mendata buku-buku yang jarang aku temui. Setidaknya, aku pernah membacanya, itu sudah hal yang jarang terjadi. Buku-buku semacam ini tak akan pernah ada di perpustakaan milik pemerintah. Konyol kan?

Aku menemukan buku kecil bagus berjudul Details Du Monde karya Sophie Ristelhueber.  La barbarie a visage humain dari B.H.Levy. Du sacre au saint milik Emmanuel Levinas. La condition feminine karangan Monique .A. Piettre. Dan ada buku Gilles Deleuze berjudul L'ile deserte et autres textes. Thomas More; par Germain Mar'hadour. Par-dela le bien et le mal dari Nietzsche. Buku Marcel Brion Leonard de Vinci. Buku Tocqueville dua volume, De la democratic en Amerique. Dan buku besar karya Albin Michel, Histoirede l'islam et des musulmans en France. Ada buku Martin Lings, Qu'est -ce que le Soufisme? Ada juga kepunyaan Cahen, L'ISLAM.

Aku bergerak dari satu rak ke rak lainnya dan memetakan apa yang aku suka dan harus aku catat.

Victor Hugo. Dumas dan semacamnya sudah umum di IFI yang lain. Yang harus aku layak catat adalah biografi bagus berjudul Baudelaire karangan Claude Pichos dan Jean Ziegler. Ada Rimbaud, yves bonnefoy. Dan jacques-henri bornecque Verlaine. Puisi karya Baudelaire, LES FLEURS DU MAL; et autres poemes. Dan L'Herne Arthur Rimbaud. Karya tebal Jean Oriex berjudul Voltaire. Annie Cohan dengan Satre. Ada buku Andy Warhol; Desainer 1942-1987. Dan aku cukup lelah untuk terus berdiri dan mencatat. Sebaiknya aku mulai mendengarkan musik instrumental.

Historiette #5

Tempat ini luar biasa sepi. Nyaris aku sendirian yang menikmati. Sebuah perpustakaan yang terbuang percuma. Aku ingin kembali meneruskan Manet, dan setelah itu kembali bergerak ke arah jembatan merah. Aku ingin menikmati kota lama kalau seandainya tak jadi hujan.

1 komentar:

  1. Stainless Steel - Iron - Tantric Art on TITanium Rocks
    This piece titanium rod in leg is created from wood-fired wood, made with micro touch titanium trim where to buy ceramic tiles. It has been hand titanium white painted, with matte black titanium wallet stone. Stainless steel stone $19.99 · ‎In stock titanium hair trimmer

    BalasHapus