sepi. seperti tempat
yang ditolak oleh jiwa. yah, seperti itulah ketika memasuki Gunung Agung
di Delta Plaza. awal yang sangat puitis memang. coba bayangkan, aku
sudah merelakan diri berjalan hampir 4 kilometer dari IFI di jalan Ratna
hingga ke Delta Plaza demi melihat pembaca buku atau sekedar pengunjung
di sini. tapi yang aku lihat sangat mengagumkan. lebih sangat
mengagumkan. seorang yang kelelahan, tercengang melihat wajah Surabaya
yang sangat padat, macet, dan sesak di kisaran jalan Bung Tomo. ah,
sangat indah dan puitis, ketika melihat toko buku lebih lapang dan lebih
mirip pemukiman bulan tanpa manusia. sungguh saat-saat yang mengharukan
melihat semua itu. entah kenapa aku jadi begitu terharu karena bahagia.
oh tidak!
sial, aku tercengang!
betapa indahnya pemandangan ini! aku pun dengan mudahnya duduk sesuka
hatiku sambil membaca komik. membuka dengan gaya bebas dan kepercayaan
diri luar biasa. anggap saja milik sendiri, pikirku. atau aku rasa, toko
ini tiba-tiba jadi perpustakaan pribadiku. oh kambing muda, terimakasih
atas kebaikannya!
aku malas melihat
buku-buku walau pada akhirnya aku melihatnya juga. ada beberapa buku
yang masih belum habis di saat toko-toko lainnya malah kekurangan.
walaupun terihat luas, sebenarnya tak terlalu banyak. mungkin sebentar
lagi toko ini akan bangkrut.
aku menghabiskan dua
komik. tanpa harus membayar dan tanpa harus merasa bersalah. beberapa
orang terlihat. dan hanya beberapa. satu, dua, satu orang, dan terkadang
tak ada sama sekali. kosong. lebih kosong dari pada hatiku. uuh..
sebentar lagi, tempat
ini akan runtuh. dan itu sudah sangat jelas karena beban pajak dan sewa
tempat tak akan lagi bisa ditanggung. tanpa pikir panjang, setelah
meresa selesai, aku langsung keluar. aku rasa tak akan ada yang menangis
jika toko buku ini tutup. warga Surabaya bukan pencinta buku. warga
Surabaya masih terlalu waras.
tap tap tap toko-toko
sudah mulai ditutup. yah, wajah kota ini sudah jelas bagiku. aku lelah.
rasanya ingin tidur. entah kenapa, tiba-tiba terbesit pikiran aneh
lainnya. kenapa tidak lebih baik sekedar mengelilingi Indonesia dan
sekedar menikmati membaca buku di berbagai macam kota?
hal semacam itu, mungkin
akan sedikit menyenangkan. mengingat kota-kota yang ada sudah terlanjur
sangat mengecewakan. dan aku, berjalan pergi. menuruni eskalator.
menuju taman. yang aku pun tahu, aku tak akan lagi berharap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar