Surabaya kota yang indah. itulah kesan pertamaku ketika turun dari
stasiun Gubeng. Stasiun yang seharusnya, dipikiranku, mungkin akan mirip
dengan Lempuyangan, Poncol, atau Kiaracondong. tapi pikiran itu
langsung berantakan seketika. bukan kesan kumuh yang aku dapatkan
seperti di beberapa stasiun nomor dua. tapi aku langsung menghadapi
sebuah wajah kota tepat ketika kaki melewati pintu keluar stasiun.
bangunan menjulang tinggi tak jauh dari mata. pedestrian yang luas.
pohon-pohon yang rindang. jalan yang lebar dan tanpa kemacetan!
aku pun melangkahkankah kaki menuju jalan Tunjungan. melewati jalan
Yos Sudarso. jalan Gubernur. Gelanggang Pemuda. Taman Aspari, kecil tapi
indah. lalu tak sengaja menemukan angkringan tak jauh dari taman.
jika dilihat sekilas, kota ini tertata, rapi, dan bersih. dan aku
sangat menyukai pedestriannya. tapi ketika mengamati lebih cermat,
banyak botol dan gelas plastik minuman yang tergeletak di
pinggir-pinggir. dan sialnya, karena ini kota panas dekat laut dan rawa,
nyamuk sudah mulai meneror kakiku. walaupun begitu, kesan pertamaku
memasuki kota ini, sungguh indah! meruntuhkan bermacam kesan yang aku
peroleh dari kota-kota lainnya.
aku mengistirahatkan kaki dan tubuhku di angkringan kecil yang tak
seberapa. sedikit yang masih tersisa. mengambil dua buah nasi, sambal
teri, dan dua buah tempe bacem. mendengar celotehan para gojek yang
mengeluh soal penumpang yang membatalkan pesanan. saling sikut antat
gojek sendiri. aplikasi yang sering bocor dan bermasalah dengan latar
wajah Surabaya yang cukup sejuk dan terasa tenang.
setelah membayar 6 ribu rupiah, cukup murah, aku meneruskan berjalan
kaki. tertatih aku memasuki jalan Tunjungan. melewati hotel Majapahit.
lalu menyeberangkan kakiku tepat di depan Badan Pertanahanan Nasional.
mencari kursi untuk duduk di bawah pohon angsana. mendengarkan musik.
mengamati kendaraan yang lewat. mengeluarkan buku Merebut Ruang Kota, lalu mulai membaca.
aku ingin menikmati suasana membaca buku di tempat yang baru aku masuki.
jalanan cukup sepi. suasana setengah hening. dan tak banyak orang
yang terlihat. beberapa pedagang yang menutup dagangannya dan pulang.
penjual bakso yang tertidur menunggu seseorang yang tak kunjung datang.
angin yang berembus tenang nan lembut. hujan yang anehnya tak jatuh.
suasana yang benar-benar sangat tepat untuk membaca.
sesekali langkah kaki memecah lamunanku. angin mulai menggoyangkan ranting. aku pun mulai membaca.
tak lama kemudian aku memutuskan membelo bakso dari bapak tua yang
jatuh tertidur bagai tak berarti. terkaget ia ketika aku bangunkan.
sejujurnya, saat melihat baksonya dari dekat aku sudah ragu. ternyata
benar, rasanya sangat tak menyenangkan. aku tak menghabiskannya. lalu
anak-anak remaja dengan motor mereka, turun, berfoto ria dengan berbagai
macam pose berlatarkan hotel Majapait. empat remaja perempuan. tiga
remaja laki-laki. gaya berkapaian celana robek-robek, memakai topi, atau
pakaian tanpa lengan. hotel Swiss Belinn menjulan di kejauhan. Surabaya
perlahan menjadi dingin. sepertinya aku harus bergerak setelah membaca
beberapa halaman buku.
aku pun memutuskan untuk berjalan dari jalan Tunjungan ke jalan
Kapuas. hampir 6 kilometer jauhnya. aku salah jalan di Rmbong Malang.
lalu balik lagi, dan baru sadar kalau jalan Basuki Rahmat itu di
sebelahnya Tunjungan Plaza. bukan di depannya. aku pun berjalan.
terseok. pegal. punggung sudah merasa sakit. melewati berbagai jalan
yang tak habis-habis. jika aku kira-kira, aku telah berjalan lebih dari 7
kilometer. membuat tubuhku sangat sempoyongan dan kepalaku pun sudah
mulai menderita. kalau bukan karena pesestrian yang lebar, struktur kota
yang cukup tertata rapi, bangunan tua yang layak pandang, dan pohon
serta tanaman memenuhi berbagai macam tempat, aku mungkin sudah malas
dan menyerah, memilih gojek.
tapi tidak untuk kali ini. aku terus berjalan. terus berjalan. kakiku
mulai lesu dan pegal. lalu, saat sampai di jalan Surabaya-Magelang, aku
membelok ke kanan, menemukan pemukiman elit yang cukup rapi walau tak
terlalu rapi. bisa dibilang cukup layak. dan tak lama kemudiaan,
sampailah aku di tempat yang aku tuju dan bermalam sebentar dari apa
yang mengancam tubuhku. aku telah sampai di wifi id corner. dan aku
sudah benar-benar sangat lelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar