Selasa, 07 Maret 2017

MENINGGALKAN MALANG









Meninggalkan tebing neraka pastilah sangat menyenangkan. Tapi tidak saat meninggalkan Malang. Kota Neraka di Ketinggian. Memasuki Singo Sari kemacetan memanjang seperti sehari yang lalu. Dan kemacetannya tak bisa dipaparkan oleh akal sehat. Hanya imajinasi dan metafisika lah yang mampu mengurainya. 

Hanya dua hari, aku sudah keluar dari kota ini. Buru-buru keluar dan ingin segera pergi. Nyaris sama ketika aku berada di Jakarta, Bogor, dan Tasikmalaya. Aku tak mampu bertahan lama di kota-kota itu. Jakarta adalah pengecualian karena letaknya jauh antara satu tempat dan tempat lainnya. Sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk melihat berbagai isinya. Surabaya dan Bandung, setidaknya aku masih bisa bertahan lima sampai tujuh hari. Malang, satu hari saja, sejujurnya aku sudah benar-benar tak tahan. Kota yang baru aku tinggalkan itu benar-benar sadis dari segi lingkungan dan pusat intelektual. 

Aku merasa benar-benar tersiksa di kota yang tak lagi menarik itu.

Panas. Macet. Sampah di alun-alun. Beberapa di pinggir jalan. Dan tak adanya trotoar membuat aku ingin segera pergi. Jogja setidaknya memiliki banyak galeri, ruang budaya, dan sebagainya. Dalam hal panas, Malang dan Jogja tak jauh beda. Tapi dari segi otak dan pikiran, Malang mengerikan. 

Setelah melihat sejenak dua alun-alun, perpustakaan, Gramedia, aku sudah merasa tak betah. Dan sekarang ini aku ada di dalam bus menuju Surabaya. Aku akan membeli tiket kereta dari sana. Jauh lebih murah. Terpaut setengah harga. 

Malang-Jogja, 140 ribu. Surabaya-Malang, 74-99 ribu. Perbedaan yang cukup besar. Lagian, bus ke Surabaya hanya 14 ribu. Dan aku masih memiliki Go-Pay sebanyak 29 ribu rupiah. Jika terdampar, aku lebih baik terdampar di Surabaya. Aku tak Sudi terdampar di kota Malang terlalu lama. Benar-benar tak rela. Satu hari sudah lebih dari cukup.

Kian hari, kota-kota di Indonesia tidak hanya semakin membosankan tapi juga semakin menakutkan. Kota membuat orang letih. Menjadi budak kehidupan. Dan tak lagi nyaman. Kota adalah rumah yang tak lagi membuat kita betah tinggal di dalamnya. Terkurung terus menerus. Dan merasa tertekan dari berbagai arah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar