suasana sangat ramai. segala jenis usia nyaris ada di sini. dari anak kecil hingga yang sudah tua. Sastra Lawas, seri
berkumpulnya orang-orang lama di sastra UGM. di tempat ini pun, tak
semua orang yang datang dari UGM. setelah berbagai macam acara musik
yang entah, aku sudah merasa bosan rasanya. tempat ini adalah yang salah
satu sering aku datangi. tapi malam ini, kepalaku sudah terasa
linglung. lebih baik aku membaca Ecce Homo.
aku bosan. tak ada yang
menarik. aku membaca Nietzsche, menggarisbawahi apa yang penting, dan
merasa murung. aku sangat bosan dengan dunia. musik yang hingar bingar.
suara yang memekakkan telinga. udara yang dipenuhi asap rokok. waktu
yang terasa mencekikku perlahan-lahan. aku ingin melarikan dari sini.
omong kosong dan ketidakjelasan ini.
sial, kenapa aku begitu pesimis dan murung?
ada Frau. tapi sayang,
lagu yang ia bawakan bersama-sama tidaklah menarik minatku. aku lebih
memilih menyumpal telingaku dengan Aurora. meneruskan membaca, dan
mengamati kenyataan bahwa aku tak lagi mudah terhibur.
frau tiba-tiba
sendirian. dia akan membawakan tiga lagu. dan aku berpikir, berapa
banyak musisi yang pada akhirnya diingat? musik adalah hal yang paling
lemah diingat dan tak berusia panjang. menjadi musisi berarti sedang
menggali kubur sendiri. sedikit musisi atau musikus yang sanggup
bertahan melewati milenia.
suara Frau cukup bagus.
begitu juga alunan musiknya yang khas. tapi dia hanya sampai sejauh itu.
tak lebih. hanya untuk telinga-telinga yang paling rendah. seperti
sebagian dari telingaku. yang terakhir adalah Sepasang Kekasih, lagu yang cukup mudah disukai generasi muda sepertiku. tapi sekali lagi, hanya sampai sejauh itu.
rasa-rasanya, aku harus pergi sekarang. sudah tak ada lagi yang menarik. yah, ingin cepat-cepat lari meninggalkan kota ini. malam ini 18 februari 2017. aku sudah sangat bosan. benar-benar bosan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar