lagi-lagi si anjing! ah, setidaknya kali ini dia jinak dan
kemungkinan besar sudah membauiku kemarin hari. yah, anjing yang baik.
anjing terlihat baik di lingkungan manusia ketika ia terlihat jinak.
tidakkah memang begitu?
perpustakaan kunci yang sangat kecil dan agak menyedihkan, dalam luas
dan kerapiannya, terlihat padat, sesak, dan bertumpukan, membuatku
berpikir, ah, bagaimana ini? aku ke sini hanya untuk membeli sebuah buku
sebelum besok aku pergi lagi. aku berpikir diskusi mengenai ratu kidul
sudah berakhir atau dalam tahap akhir, dan ketika tiba di sini, mungkin
tinggal sisa-sisa. dan, ternyata, aku masih mendapatkan tahap
terakhirnya. lalu perbincangan, pertanyaan, dan hal yang menarik tentang
mitos baru di Ngawi dan sebagainya.
oh ya, kebanyakan muka-muka asing non Indonesia yang memenuhi tempat
ini. bahasa inggris menjadi alat ucap dalam perbincangan. adakalanya
tertatih tergantung siapa yang mengucapkannya. muka lokal jelas
belepotan. muka bule, bicaranya seperti kereta api. yang jelas, aku
banyak mrngerti perbincangannya. banyak tawa. hal lucu. dan
informasi-informasi yang aneh.
dari mitos lama. politik. dan pembangunan bandara. bisnis. hingga
suara adzan yang menggema hingga kemari. sebenarnya ingin bertanya, saat
Antariksa melempar tantangan kepada orang-orang yang berwajah lokal
mengenai Ratu Selatan yang akhirnya menuntun perbincangan pada
penjelasan mengenai Ratu Selatan. Nyi Roro Kidul. dan Nyi Blorong. dan
film soal Suzanna. ah.
entah mengapa, aura suasanya begitu menyenangkan. aku butuh
penguasaan percakapan bahasa inggris lebih baik lagi. sekarang aku
sekedar lebih banyak mendengarkan.
jam setengah delapan, semuanya selesai. tapi aku masih ada urusan
yang belum selesai. aku butuh buku Lawrence Lessig. aku malah
mendapatkan karya Elizabeth Pisani, Indonesia Etc.; Exploring the Improbable Nation. buku
yang sangat membuatku tertarik sejak dulu. dan kipas angin masih
berputar kencang. membuat tubuhku yang tadinya panas menjadi kedinginan.
suara-suara masih memenuhi ruangan ini. tapi entah mengapa, terbesit
pikiran, apakah aku masih bagian dari dunia dan sekitarku?
gagasan mengenai masuk ke dalam kunci, mungkin terasa konyol bagi
diriku yang hari masih tak stabil. malahan, tanpa aku rencanakan, aku
berbincang dengan seorang perempuan bule, yang tadi menjadi pembicara.
sial, kalau sudah begitu, aku bisa ngobrol dengan santai dan bahasa
inggrisku mengalir cukup lancar. dan untuk saat ini, apakah aku harus
pergi mengelilingi Indonesia, atau aku berhenti sebentar dan berpikir
ulang tentang sesuatu yang sedikit normal?
entahlah, diriku adalah perjalanan tanpa ujung dan kepastian. mungkin
hanya kebosanan yang paling sangat dalamlah yang kelak akan
menghentikan langkahku. atau malah aku akan terus hidup dengan
kekonyolan-kekonyolan yang ada dalam diriku dan sekitarku.
Kemana aja?
BalasHapus